Beranda | Artikel
Mengenal Hujan (bagian 1)
Selasa, 1 April 2014

Pendahuluan:

Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan sahabatnya.

Saya yakin, masih segar diingatan Anda bagaimana susahnya hidup dalam kondisi kekeringan. Tanah berdebu, tanaman menjadi kering, sumber-sumber air susut, dan cuaca pun terasa panas menyengat. Namun kini, semuanya telah berubah, tanah menjadi becek, pemandangan hijau nan indah di mana-mana, genangan air dengan mudah Anda temui, dan suhu udara pun terasa sejuk atau dingin. Tahukah Anda, apa penyebab terjadinya perubahan tersebut? Semua itu terjadi berkat hujan yang Allah Ta’ala turunkan untuk hamba-hamba-Nya.

اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاء كَيْفَ يَشَاء وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَن يَشَاء مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ {48} وَإِن كَانُوا مِن قَبْلِ أَن يُنَزَّلَ عَلَيْهِم مِّن قَبْلِهِ لَمُبْلِسِينَ {49} فَانظُرْ إِلَى آثَارِ رَحْمَتِ اللَّهِ كَيْفَ يُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ ذَلِكَ لَمُحْيِي الْمَوْتَى وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. )الروم: 48-50

“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira. Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa. Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati.  Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ar Rum: 48-52)

Saudaraku, izinkan saya mengajukan satu pertanyaan kepada Anda, “Pernahkah Anda merenungkan fungsi turunnya hujan? “

Mungkin dengan cepat Anda berkata, “Hujan turun untuk menumbuhkan tumbuhan, dan mencukupi kebutuhan makhluk hidup akan air.”

Jawaban Anda benar, namun untuk dapat menjawab seperti itu tidak perlu merenung atau berpikir panjang. Bahkan semua makhluk hidup pasti mengetahui atau merasakan hal tersebut. Namun yang saya ingin adalah jawaban spesial yang mencerminkan kepedulian dan kepekaan Anda terhadap berbagai kejadian yang ada di sekitar Anda.

Melalui tulisan ini, saya mengajak Anda untuk merenungkan fungsi hujan secara utuh, sehingga Anda dapat mensikapi hujan dengan baik. Dengan demikian, Anda semakin merasakan nikmatnya setiap tetesan air yang menyirami negeri Anda. Dan selanjutnya hujan yang menyirami negeri Anda senantiasa membawa berkah.

وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاء مَاء مُّبَارَكًا فَأَنبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ {9} وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَّهَا طَلْعٌ نَّضِيدٌ {10} رِزْقًا لِّلْعِبَادِ وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَّيْتًا كَذَلِكَ الْخُرُوجُ )ق: 9-11

“Dan Kami turunkan dari langit air yang membawa keberkahan (banyak manfaatnya) lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang dipanen, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, agar menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering), seperti itulah terjadinya kebangkitan.” (QS. Qaaf: 9-11)

Fungsi Pertama: Menghidupkan Tumbuhan

Sehebat apapun Anda  dalam memelihara tumbuhan, namun bila tanpa air, mustahil rasanya tumbuhan Anda bisa hidup, terlebih membuahkan hasil. Karenanya, tidak dapat Anda pungkiri setelah turunnya hujan, berbagai tumbuhan yang sebelumnya telah mati dan tertimbun dalam perut bumi, sekejap menjadi hidup dan tumbuh dengan subur.

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاء اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ. فصلت: 31

“Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) ya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fusshilat: 39)

fungsi hujan

Semasa kemarau, banyak dari tumbuhan yang mati, dan hanya menyisakan biji-bijiannya yang tertanam jauh dalam perut bumi. Dan bahkan banyak tumbuhan berbatang besar pun seakan mati, sehingga tidak sehelai daun pun menghiasi dahan dan rantingnya. Ketika Anda melihat kondisi semacam ini, sebagaimana yang terjadi beberapa waktu silam, mungkin Anda mengatakan bahwa tumbuh-tumbuhan itu telah mati, dan mungkin tidak akan hidup kembali. Namun kini praduga Anda tersebut terbukti tidak benar.

وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالاً سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنزَلْنَا بِهِ الْمَاء فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْموْتَى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al A’araf: 57)

Fungsi kedua: Sumber Minuman Makhluk Hidup

Semua makhluk yang hidup di muka bumi ini terlebih yang bernyawa tidak mungkin dapat mempertahankan hidupnya tanpa air minum. Karenanya air minum adalah kebutuhan primer setiap makhluk. Karena demikian ini perihal makhluk hidup, maka ketika awal menciptakan bumi, Allah Ta’ala menyiapkan segalanya, air minum dan tumbuh-tumbuhan. Ini semua demi menjaga kelangsungan hidup manusia secara khusus dan seluruh makhluk bernyawa secara umum.

وَالْأَرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا {30} أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءهَا وَمَرْعَاهَا {31} وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا {32} مَتَاعًا لَّكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ

“Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.” (QS. An Naziaat: 30-33)

Maha Suci Allah yang telah menyiapkan segala yang mejadi kebutuhan makhluk-Nya, sebelum mereka memintanya. Tidak diragukan fakta ini bukti kuat akan kemurahan Allah Ta’ala yang banyak dilupakan oleh manusia.

Fungsi ketiga : Mengingatkan Anda Akan Kuasa Allah Azza wa Jalla

Semasa duduk di bangku SD, Anda telah diajari bagaimana proses hujan bisa terjadi. Berawal dari air laut yang menguap, hingga menjadi awan, dan kemudian di bawa oleh angin hingga akhirnya turun kembali ke bumi dalam bentuk hujan. Dan mungkin pelajaran tentang proses terjadinya hujan ini, menghantarkan Anda pada satu kesimpulan, yaitu hujan adalah satu proses alami. Bukankah demikian saudaraku?

Namun sekarang, setelah dewasa dan mungkin mengenyam pendidikan tinggi, atau menjadi seorang ilmuan, dan kenyang dengan asam garam kehidupan, masihkan Anda menerima begitu saja kesimpulan di atas? Tidakkah pernah terbetik di pikiran Anda keinginan untuk merenungkan kembali kesimpulan Anda?

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنزَلَ اللّهُ مِنَ السَّمَاء مِن مَّاء فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخِّرِ بَيْنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ لآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tAnda-tAnda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al Baqarah: 164)

Mungkin pertanyan-pertanyaan berikut sidikit membantu Anda dalam memikirkan kembali teori hujan yang telah Anda pelajari semasa duduk di bangku SD.

Mengapa air laut menguap ketika disinari oleh matahari?

Mengapa yang menguap hanya airnya saja, sedangkan kandungan garamnya tidak turut menguap.

Ketika air disinari matahari, mengapa naik ke langit dalam bentuk uap, namun ketika turun kembali turun dalam bentuk tetesan?

Dan mengapa uap air yang telah membeku di awan, ketika turun tidak pernah mengalir bak air terjun, akan tetapi sejak dahulu kala hujan turun dalam bentuk tetesan?

Mengapa ketika air hujan turun tidak turun dalam bentuk uap sebagaimana ketika terangkat ke awan?

Setelah Anda merenungkan berbagai pertanyaan di atas, silahkan Anda lanjutkan renungan Anda dengan menyelami kandungan ayat-ayat berikut:

أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاء الَّذِي تَشْرَبُونَ {68} أَأَنتُمْ أَنزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنزِلُونَ {69} لَوْ نَشَاء جَعَلْنَاهُ أُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُونَ . الواقعة: 68-70

“Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” (QS. Al Waqi’ah: 68-70)

Mungkin ini salah satu pelajaran yang dapat kita petik dari beberapa ayat Alquran yang berbicara tentang hujan. Pada ayat-ayat tersebut diakhiri dengan kata-kata “sejatinya Allah Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu”, sebagaimana pada ayat 50 surat Ar Rum dan ayat 31 surat Fusshilat di atas.

Saudaraku, Kemajuan ilmu dan teknologi memang dalam banyak hal menguntungan umat manusia. Namun di sisi lain, tanpa Anda sadari menjadikan Anda mudah lalai dari Allah Azza wa Jalla. Akibatnya, berbagai tanda kekuasaan Allah Ta’ala yang ada di sekitar Anda kini seakan tidak berarti bagi Anda. Karena kronologi terjadinya berbagai kekuasaan Allah, semacam gerhana matahari, turunnya hujan, gempa bumi, dan lainnya, hati Anda tidak tersentuh ketika menyaksikannya. Kini Anda sering menamakan berbagai kejadian itu sebagai fenomena alam atau ungkapan serupa.

Tidak diragukan, sikap Anda ini mencerminkan jauhnya diri Anda dari sentuhan nilai-nilai iman kepada Allah Azza wa Jalla. Sebagai buktinya, ketika turun hujan, Anda tidak lagi peka bahwa hujan adalah kuasa Allah, bahkan lebih jauh Anda mengganggap hujan sebagai siklus alam. Hujan turun karena musimnya telah tiba dan berhenti ketika musim kemaru telah tiba pula. Hanya sampai disini keyakinan dan tanggapan Anda. Entah mengapa Anda tidak melanjutkan komentar Anda dengan satu pertanyaan: siapakah yang mengatur musim, dan menciptakan serta mengatur perputaran matahari?

Menyadari akan adanya peluang terjadinya kemalasan berpikir semacam ini, Rasulullah e merasa perlu untuk memperingatkan para sahabatnya.

عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِىِّ أَنَّهُ قَالَ صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – صَلاَةَ الصُّبْحِ بِالْحُدَيْبِيَةِ عَلَى إِثْرِ سَمَاءٍ كَانَتْ مِنَ اللَّيْلَةِ ، فَلَمَّا انْصَرَفَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ « هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ » . قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ . قَالَ « أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِى مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا فَذَلِكَ كَافِرٌ بِى وَمُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ

Sahabat Zaib bin Khalid Al Juhani menuturkan, “Seusai shalat shubuh pada suatu pagi yang pada malam harinya kami diguyur hujan, Rasulullah e menghadap kepada kami dan bertanya, “Tahukah kalian apa yang difirmankan Allah?” Sepontan para sahabat menjawab, “Hanya Allah dan rasulul-Nya yang mengetahui. Allah berfirman, “Pada pagi ini, ada dari hambaku yang beriman kepada-Ku dan juga kafir.” Adapun yang mengatakan,

مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ

“Kami mendapat karunia hujan karena kemurahan Allah dan kasih sayang-Nya” maka ia beriman  kepada-Ku dan kafir kepada bintang. Sedangkan orang yang berkata, “Kami mendapat hujun karena bitang ini dan bintang itu telah terbit (musim pernghujan telah tiba), maka ia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang.” (Muttafaqun ‘alaih)

Demikianlah ucapan yang biasa terucap dari lisan kita setiap kali hujan turun: “Hujan terus menerus karena musim penghujan telah tiba.” Namun jarang dari kita yang menyadari bahwa hujun turun murni karena perintah dan karunia Allah. Kita melalaikan Allah dan senantiasa mengingat musim, padahal Allah telah buktikan bahwa musim bisa berubah-rubah sehingga turunnya hujan tidak menentu, sebagaimana yang terjadi pada akhir-akhir ini.

Saudaraku, Sebagai  umat yang beriman, marilah kita kembali ke jalan Allah, sehingga kita dapat memandang dan menilai segala urusan dengan cara pandang seorang yang beriman.

Artikel www.PengusahaMuslim.com


Artikel asli: https://pengusahamuslim.com/2604-mengenal-hujan-bagian-1376.html